Kementerian Perdagangan (Kemendag) Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Direktorat Pengembangan Ekspor Produk Manufaktur melakukan sosialisasi “Pengembangan Produk dan Akses Pasar Sektor Kimia”, di Tangerang, Banten, kemarin.

Kegiatan ini dibuka oleh Direktur Pengembangan Ekspor Produk Manufaktur Kemendag, Deden Muhammad Fajar Shiddiq, yang mana sebelumnya didahului sambutan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang, Resmiyati Marningsih, dilanjutkan sambutan Wakil Ketua Umum Asosiasi Produsen Kimia Dasar Anorganik Indonesia (Apkida), Andreas Darma Lukman.

Sementara pada sesi paparan tampil tiga pembicara, yaitu Direktur Industri Kimia Hulu Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Wiwik Pudjiastuti membawakan makalah berjudul “Peluang dan Tantangan Pengembangan Industri Kimia Hulu Nasional”, presentasi kedua oleh Ketua Umum Asosiasi Industri Kimia Khusus Indonesia (AIKKI), Ridwan Adipoetra, dengan makalah “Pengembangan Produk Kimia Orientasi Ekspor AIKKI” dan ditutup oleh pembicara ketiga Kepala Pusat Kebijakan Ekspor Impor dan Pengamanan Perdagangan Kemendag, yang diwakili oleh Rahayu Ningsih dengan judul makalah “Produk dan Pasar Potensial Ekspor Produk Kimia Hulu”.

Direktur Pengembangan Ekspor Produk Manufaktur Kemendag, Deden Muhammad Fajar Shiddiq, saat membuka acara sosialisasi ini mengatakan sebenarnya kegiatan ini bukan acara sosialisasi tapi lebih merupakan pada sesi kolaborasi terhadap sektor yang berkaitan dengan industri kimia hulu. Di mana nilai ekspor non migas secara keseluruhan sampai dengan Juni 2025 sebesar US$128,39 miliar, atau naik sekitar 8,96 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Neraca perdagangan juga positif US$28,3 miliar.

“Ini selama 62 bulan berturut-turut sejak bulan April 2020 kita surplus dan lebih baik lagi ekspor kimia kita sampai Juni 2025 mencapai US$17,88 miliar. Jika dibandingkan dengan ekspor non migas secara keseluruhan US$128,39 miliar, maka ekspor kita sekitar 12-13 persen ditunjang oleh industri kimia. Sedangkan kalau kita ingin melihat secara khusus dari industri kimia hulu, ekspornya sampai bulan Juni 2025 mencapai US$15,37 miliar. Berarti dari ekspor kimia sebesar US$17,88 miliar lalu ekspor kimia hulunya US$15,37 miliar berarti hampir sebagian besar ekspor kimia kita ditunjang oleh industri kimia hulu,” urai Deden.

Kalau kita ingin melihat, sambung Deden, ekspor manufaktur khususnya itu tidak akan terlepas dari industri kimia, apa pun itu baik kimia hulu, kimia antara atau kimia hilirnya. Artinya, tidak ada ekspor manufaktur tanpa dukungan ekspor kimia. Mungkin ekspor Indonesia itu 80 persen berasal dari logam dan kimia selain batu bara dan CPO.

Deden menilai, ekonomi dunia saat ini sangat dinamis, dengan adanya berbagai kejadian di tahun 2025. Seperti geo politik, atau kebijakan tarif resiprokal dari Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tentunya akan mengubah pola ekonomi dan pola pasar ekspor secara keseluruhan.

Kolaborasi ini melibatkan tiga pihak, yakni Kemenperin, Kemendag dan pelaku usaha (AIKKI dan Apkida). Di sini kita bisa saling sinkronisasi sehingga kita bisa membuat suatu kebijakan atau regulasi yang bisa mendukung khususnya untuk ekspor produk kimia hulu,” ucap Deden lagi.

Sedangkan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang, Resmiyati Marningsih, saat menyampaikan sambutan mengatakan kegiatan ini merupakan wujud nyata dari kerja sama antara kementerian dan pemerintah daerah dalam rangka mendorong pengembangan produk serta memperluas akses pasar sektor kimia. Mengingat bahan kimia merupakan salah satu pilar penting dalam menopang pembangunan industri nasional.

Menurutnya, bahan kimia bukan hanya fondasi bagi sektor manufaktur juga sektor pertanian, kesehatan dan industri, tapi juga menjadi penentu daya saing produk Indonesia di pasar global.

Oleh karena itu, pengembangan sektor ini harus dibarengi dengan inovasi, keberlanjutan serta peningkatan nilai tambah di dalam negeri.

Ditambahkan, berdasarkan Sistem Informasi Industri Nasional (SIINas) jumlah perusahaan di kabupaten Tangerang mencapai 3.818 perusahaan, di mana 322 di antaranya merupakan perusahaan yang bergerak pada sektor kimia. Semoga dengan banyaknya perusahaan bahan kimia ini dapat menambah nilai untuk penerimaan daerah.

“Kita berharap dengan kegiatan ini dapat meningkatkan para pelaku usaha mengenai strategi pengembangan produk kimia berbasis inovasi, keberlanjutan dan memperkuat daya saing produk melalui pemenuhan standar mutu, efisiensi produk serta penyerapan teknologi bagi pasar dalam negeri dan ekspor dengan memanfaatkan peluang kerja sama dan tetap memperhatikan tren global,” ungkapnya.

Dijelaskan, kami meyakini dengan kolaborasi dan sinergi yang kuat antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat, sektor kimia Indonesia akan semakin maju dan berdaya saing serta memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian nasional.

Di tempat sama, Wakil Ketua Umum Apkida, Andreas Darma Lukman, dalam sambutannya menjelaskan saat ini anggota Apkida atau sektor kimia dasar anorganik berjumlah 40 perusahaan. Di mana Apkida sudah berdiri sejak 1975 dan anggotanya menaungi seluruh Indonesia.

“Ke depan kami berharap bisa berkolaborasi lebih baik lagi dan lebih banyak lagi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Tangerang. Apalagi, kami itu anak asuhnya Bu Wiwik (Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin-red) dan selalu berkomunikasi cukup intens dengannya yang selalu dijadwalkan setiap bulannya bertemu,” papar Andreas.

Lebih jauh lagi dikatakan, sejauh ini industri kimia dasar anorganik menopang industri industri-industri hilir yang lainnya.

“Jadi dari 40 anggota kami bisa menjual pada 3.500 industri hilir lainnya. Kalo industri hulunya macet maka industri hilirnya juga akan macet. Jadi sangat diperlukan industri hulu ini. Sehingga kalau industri kita dibina dengan baik maka akan bisa memajukan industri-industri hilir berikutnya. Supaya cost economic dari industri hilir juga lebih murah,” hitung Andreas.

Kimia dasar signifikan perannya

Pada sesi diskusi, Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin, Wiwik Pudjiastuti, mengatakan ekspor sektor kimia dasar organik sejak 2024 masih yang terbesar, kedua adalah resim sintesis dan bahan baku plastik serta ketiga kimia dasar anorganik lainnya, keempat dari kimia dasar organik dan minyak bumi, gas bumi dan batu bara.

“Intinya, adalah industri kimia dasar punya peranan signifikan, karena itu kimia dasar merupakan bahan-bahan baku dan bahan penolong untuk industri antara maupun industri kimia lainya. Itulah mengapa industri kimia dasar menjadi industri kimia hulu yang masuk dalam prioritas dalam pengembangan pembangunan nasional,” ungkap Wiwik, yang menyampaikan bahwa dalam Program Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, masuk pada program kelima, yaitu hilirisasi dan pengembangan industri berbasis sumber daya alam agar memiliki nilai tambah.

Wiwik menyebutkan, pengembangan industri kimia nasional memiliki enam tantangan yang perlu dijawab, yaitu nilai investasi tinggi sehingga membutuhkan kepastian iklim usaha dan sumber bahan baku mayoritas masih diperoleh dari impor. Yang lainnya, perjanjian perdagangan bebas yang membuka produk impor kimia atau petrokimia dengan harga lebih rendah dari produk domestik, persaingan dengan produk kimia dari negara yang memiliki sumber bahan baku murah dan kapasitas besar, isu lingkungan seperti target dekarbonisasi global dan penyusunan plastic treaty yang berdampak pada kepastian akan pengembangan industri kimia di masa depan dan industri petrokimia nasional belum terintegrasi secara optimal sehingga pabrik kurang efisien.

Sementara kebijakan pendukung industri kimia nasional, yaitu dukungan fasilitas fiskal dan non fiskal, peningkatan daya saing, penguatan struktur industri, perlindungan iklim usaha dan kemudahan pasokan bahan baku dan akses pasar.

Ketua Umum AIKKI, Ridwan Adipoetra, menilai AIKKI adalah satu-satunya wadah bagi produsen kimia khusus dan berdiri sejak 10 Oktober 1986. Pada tahun 2017, Asosiasi Produsen Kimia Penunjang Indonesia (Apkapi) berubah nama menjadi AIKKI.

Success story AIKKI yang dapat disampaikan, adalah berhasil memperluas pasar ekspor berkat dukungan dari Kemendag, khususnya melalui program Pengembangan Ekspor Nasional dan fasilitasi dari Atase Perdagangan di berbagai negara. Di Filipina, Atase Perdagangan di Manila memberikan informasi strategis mengenai kondisi pasar dan data ekspor impor. Dukungan ini mempercepat proses masuk ke pasar Filipina, hingga berhasil mendapatkan pesanan dalam waktu singkat.

Ekspansi Global, dalam kurun waktu dua tahun, perusahaan tersebut berhasil menembus 22 negara tujuan ekspor. Business matching, kegiatan business matching yang difasilitasi oleh Kemendag mempertemukan perusahaan dengan buyer potensial dari berbagai negara.

Trade Expo Indonesia, Trade Expo Indonesia menghasilkan data pelanggan internasional dan menjadi ajang pertemuan langsung dengan calon pembeli dari berbagai negara. Kemudian tambahan keberhasilan, adalah di Afrika Selatan, melalui fasilitasi booth pameran di Johannesburg. Atase Perdagangan juga membantu menjadwalkan pertemuan bisnis langsung di kantor calon pelanggan, memperkuat hubungan dagang. Di Jepang dan Taiwan, dapat dukungan dalam bentuk promosi dan pengenalan produk ke pasar Jepang dan Taiwan, termasuk bantuan dalam memahami regulasi dan preferensi konsumen lokal.

Terkait Visi dan Misi, Ridwan menyampaikan terwujudnya Industri Kimia Khusus yang tangguh dan berkelanjutan. Sedangkan Misi, adalah mendukung pemerintah dalam menciptakan iklim usaha yang kondusif, memperkuat hubungan dengan Kemenperin dan kementerian terkait lainnya serta mendorong penerapan SNI Wajib, memperkuat dan mengembangkan Industri Kimia Khusus agar memenuhi permintaan dalam negeri dan luar negeri, meningkatkan daya saing melalui peningkatan efisiensi, kualitas, teknologi, dan sumber daya lainnya melalui sinergi dengan institusi akademik, program kemitraan strategis, dan inovasi serta kolaborasi global melalui pameran dan konferensi.

Anggota AIKKI saat ini sekitar 17 perusahaan termasuk yang multinasional, yaitu Lautan Air Indonesia, Lautan Otsuka Chemical, Dirga Buana Sarana, Kawaghuci Kimia Indonesia, Archroma Indonesia, Beta Pramesti Asia, Chemstar, Clariant, Molycop, PT Dunia Kimia Jaya, Ecolab, HB Fuller, Harvest Chemical Solutions, Mulino dan Zekindomical.

Ridwan mengharapkan AIKKI dapat dukungan dari Pemerintah (Kemenperin dan Kemendag) berupa Bea Masuk yang kompetitif, advokasi pemerintah agar produk Indonesia memperoleh perlakuan bea masuk yang kompetitif dibandingkan negara pesaing. Business Matching bagi peningkatan intensitas kegiatan business matching yang terarah dengan buyer potensial. Exhibition Bersama di dalam negeri dan luar Negeri, partisipasi kolektif dalam pameran internasional untuk memperkuat branding produk Indonesia dan meningkatkan daya tarik di pasar global, factory Visit berupa fasilitasi kunjungan langsung buyer maupun perwakilan dagang dari negara tujuan ekspor ke pabrik anggota AIKKI, agar lebih mengenal kualitas dan keunggulan produk Indonesia.

Sebagai pembicara ketiga, Rahayu Ningsih mewakili Kepala Pusat Kebijakan Ekspor Impor dan Pengamanan Perdagangan Kemendag, menyatakan produk ekspor potensial kimia khusus memiliki pangsa sebesar 17,35% di tahun 2024 dengan total nilai ekspor ditahun 2024 sebesar US$632,42 juta. Sepuluh produk potensial tersebut antara lain perfume, polyethylene, acrylic polimers, polypropylene, ethylenealphaolefin, butadiene rubber, preparations for use on the Hair, mixtures of natural rubber, dan polymers of ethylene. 

Sumber : Tabloidmaritim.com